Tuesday, June 17, 2008

PERAN BESAR AYAH DALAM PENDIDIKAN ANAK

Selama ini kebanyakan masyarakat menganggap bahwa peran pendidikan ada di tangan ibu semata, sehingga kita seperti kehilangan figur seorang ayah yang memiliki kemampuan untuk mentarbiyah anak-anak dan keluarganya. Sosok ayah terlalu sering dimunculkan dalam figur keperkasaan dan kepahlawanan, sehingga peran ayah dalam pendidikan sedikit dibahas dan minim menjadi bahan kajian masyarakat sekarang. Minimnya figur-figur ayah yang sukses dalam mendidik anak yang diungkap dalam sirah Rasulullah dan para sahabat semakin memperkuat berkembangnya persepsi bahwa pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab sang ibu.


Tak ada yang menafikan peran - peran besar yang berada di tangan seorang ibu bagi masa depan anak-anaknya. Ibu bagaimanapun mempunyai pengaruh penting dalam kepribadian seorang anak sehingga mereka bisa merasakan kenyamanan, keteguhan, dan kepercayaan diri yang kuat dalam menjalani kehidupannya. Lalu bagaimana peran ayah? Sebagian besar masyarakat cenderung berpandangan bahwa pengasuhan dan pendidikan anak adalah tugas ibu, sedangkan tugas ayah cukup bekerja dan mencukupi kebutuhan materi. Sang ayah sibuk bekerja sedangkan sang ibu sibuk mengurus anak di rumah.


Bagaimana pandangan Islam terhadap peran ayah dalam keluarga ? Ini pertanyaan unik dan penting untuk dikaji lebih dalam. Karena ternyata sejarah hidup para ulama besar dan para salafushalih umumnya dilatarbelakangi sentuhan pendidikan yang diberikan ayahnya. Bahkan dalam Al-Qur'an pun tidak ada satupun dialog antara anak dan orang tua mewakili ibu, yang ada justru dialog antara ayah dan anak, kisah seorang nabi pun yang diasuh ibunya sejak kecil yakni nabi Ismail as banyak menggambarkan dialog antara Nabi Ismail dengan sang ayah yaitu Nabi Ibrahim. Salah satu dialog antara Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail adalah dalam surat Shaffat ayat 102 "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu, Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintah kepadamu, Insayaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Jika membaca surat tersebut biasanya terbersit dalam pikiran kita tentang kandungan ayat ini adalah bagaimana kehebatan dan kekuatan tekad sang anak, Nabi Ismail, merespon mimpi yang disampaikan sang ayah Nabi Ibrhim. Umumnya pembahasan ayat ini fokus pada konteks pengorbanan Ismail sang anak demi memenuhi perintah Rabbnya. Tetapi sesungguhnya sudut pandang terhadap ayat ini masih penting untuk dikaji lebih dalam. Karena bagaimanapun sang anak tak bisa terdidik dan memiliki sikap yang begitu kuat begitu saja tampa ada sentuhan pendidikan dan pembinaan dari orang tuannya. Dalam hal ini Nabi Ibrahim terbukti telah berhasil menanamkan pendidikan tauhid yang agung dalam jiwa sang anak. Dan Ismail telh membuktikan bagaimana hasil pendidikan sang ayah dalam sikapnya yang rela berkorban apapun demi terlaksanannya perintah Allah.


Ayah merupakan sosok penting dalam bangunan umat Dalam sebuah keluarga, ayah adalah salah satu batu bata yang menopang bangunan umatIslam. Jika para ayah berhasil menunaikan misinya dalam keluarga, akan kokohlah bangunan umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan. Sebaliknya sikap abai ayah dalam menjalankan misinya dalam keluarga maka akan lemah dan rapuhnya bangunan umat ini. Ada banyak peran ayah dalam Islam yang harus ditunaikan dengan benar sebagaimana hadist Rasulullah "setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, seorang amir adalah pemimpin atas rakyatnya dan dia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, seorang perempuan adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan anaknya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, seorang hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya (HR Bukhari). Ayah yang telah menunaikan kewajibannya berarti telah terbebesar dari tanggung jawabnya di hadapan Allah pada hari kiamat kelak. Allah berfirman " Hai orang2 beriman lindungilah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Di sana ada malaikat yang kasar dan keras, tidak melanggar perintah Allah kepada mereka dan mereka melakukan apa yang diperintahkan. (QS At-Tahrim:6)


Semua bentuk dan tata cara pendidikan Islam tentang hubungan sang ayah terhadap keluarganya juga dijelaskan dalam hadist Rasulullah. Karena jika kita mengetahui bahwa Rasulullah menikah dan mempunyai keluarga itu sebenarnya merupakan jawaban bagi orang yang berpaling dari kewajibannya kepada istri dengan alasan mengerahkan kegiatannya untuk berda'wah, karena Rasulullah seorang mujahid yang paling agung, dan juru da'wah yang paling mulia dia itu menikah dan juga membina rumah tangganya. Dalam salah satu hadist disebutkan Rasulullah tertawa bersama anak-anak. Rasulullah bahkan menggendong anak-anak dan sholat bersama anak-anak. Abu Qatadah menyebutkan bahwa Rasulullah shalat bersama kami sambil menggendong Umamah binti Zainab. Jika ia sujud diletakkannya Umamah, bila ia berdiri digendongnya. Adapula hadist dari An-Nasai yang berasal dari Abu Barrah Al-Ghifari bahwa Rasulullah shalat bersama sahabatnya lalu beliau sujud, ketika itu datanglah Hasan yang tertarik melihat Rasulullah sedang sujud, lalu naikla Hasan ke punggung Rasulullah yang mulia saat beliau sedang sujud. Usai shalat beliau meminta maaf kepada jamaah shalat dan mengatakan " Anakku tadi naik ke punggungku lalu aku kwatir bila aku bangun dan menyakitinya, maka akau menunggu sampai ia turun". Betapa tingginya perhatian Rasulullah terhadap anak-anak.


Ada dua tahapan penting yang harus dilalaui oleh seseorang untuk dapat menjalankan perannya sebagai ayah dalam pendidikan anak-anak dan keluarga. Tahapan pertama untuk dapat menjadi sosok ayah yang dapat menunaikan kewajibannya dalam pendidikan anak-anak dan keluarga adalah dimulai dari memilih perempuan yang akan menjadi calon pendamping hidupnya. Tahapan ini menjadi tahapan pertama dan utama bagi seseorang untuk dapat menjadi ayah yang memiliki peran sebagai pendidik anak-anak yang akan menjadi keturunannya, karena tahapan ini merupakan tahapan untuk menyiapkan lingkungan keluarga yang kondusif bagi pendidikan dan perkembangan anak-anak. Kondisi keluarga sangat menjamin perkembangan jiwa anak-anak. Kondisi keluarga yang penuh kasih sayang, penuh perhatian, dan kepedulian akan meyebabkan keluarga saling menghormati dan saling menghargai. Hubungan suami dan istri merupakan salah satu yang mewakili kondisi keluarga. Kondisi lingkungan keluarga yang mendukung tujuan pendidikan akan sangat membantu anak-anak untuk memiliki perilaku yang baik.

No comments: