Thursday, January 1, 2015

Sekelumit Nilai Tarbiyah Islamiyah dalam Film :Assalamu’alaikum Beijing….

Seperti pada umumnya ketika sebuah novel diangkat ke layar lebar maka sering muncul komentar bahwa filmnya tak sebagus novel aslinya. Memang butuh kemampuan lebih bagi sang sutradara untuk bisa memvisualisasikan sebuah novel dalam layar lebar, sehingga wajar kemudian ada distorsi distorsi cerita yang disesuaikan dengan kebutuhan visualisasi novel dalam layar lebar. Tetapi paling tidak film Assalamu’alaikum Beijing bisa membantu orang yang baru pertama membaca novelnya untuk lebih memahami alur cerita dalam novel tersebut. Ada banyak perubahan dan penyederhanaan alur cerita di versi filmnya dibandingkan dengan versi novelnya. 

Versi Novel Vs Versi Film

Ada empat peran utama dalam cerita Assalamu’alaikum Beijing yaitu Asmara, Dewa, Zhongwen, dan Anita. Dalam versi novel alur cerita mulai dari pembangunan konflik sampai ke proses anti klimak melibatkan keempat tokoh tersebut secara detail, sedangkan dalam versi film hanya tokoh Asmara dan Zhongwen yang lebih menonjol. Versi film pun merubah agak banyak alur cerita dari versi novel meskipun substantive cerita sama. Versi film tidak banyak mengupas bagaimana asal muasal Zhongwen masuk Islam dan perjuangan Zhongwen masuk Islam, begitu juga konflik Dewa dan Anita juga tidak banyak diungkapkan dalam versi film. Proses pertemuan Asmara dan Zhongwen telah dimodifikasi dalam versi film, begitu juga keputusan Asmara untuk hijrah dalam hal konsep busana dan prinsip pernikahan juga tidak diungkap dalam film. Begitu juga akhir cerita versi novel lebih disederhanakan Ketika menonton film Assalamu’alaikum Beijing ini maka secara alur cerita sama seperti alur cerita dalam novelnya, yaitu mengalir dengan lambat. Dalam novelnya alur cerita masih bisa terasa aliran cerita yang menanjak yaitu dari proses klimak ke anti klimak cerita, sedangkan dalam versi filmnya proses pembentukan konflik sampai ke klimak dan anti klimak sangat datar sekali, bahkan sangat mudah untuk ditebak alur cerita yang akan ditampilkan. Kelebihan dalam versi filmnya adalah kesan romantisme yang mengharu biru terasa lebih mendalam dibandingkan versi novelnya. 

Dimanakah Nilai Tarbiyah Islamnya ?

Sejak awal menonton film ini bagi yang kurang sabar mungkin akan berpendapat “ah mana nilai nilai Islamnya”, tapi baru diakhir menjelang selesai film ini menyuguhkan nilai nilai tarbiyah Islam bagi para penontonnya. Diawal film ini memang kurang kaya nilai nilai tarbiyah Islam nya, mungkin kekecewaan penonton bisa diobati dengan suguhan keindahan alam China dan sejarah Islam di China. Baru pada sekuel akhir versi film ini penuh dengan nilai tarbiyah Islamiyah. Percakapan Asmara dan Zhongwen di masjid Niujie tentang adab pergaulan dalam Islam, atau pun percakapan Asmara dan Zhongwen tentang pendapat Zhongwen bahwa agamalah yang menjadikan manusia berperang dan bermusuhan, sehingga lebih baik tidak perlu agama supaya manusia tidak bermusuhan, atau pun percakapan antara Zhongwen ketika ditanya oleh Dewa apa agamanya, yang dijawab oleh Zhongwen “Saya mengakui adanya Tuhan tapi tidak percaya pada agama”. Dua percakapan itu yang dalam versi novelnya tidak ada sama sekali. Begitu juga pernyataan Ridwan kepada istrinya ketika terharu melihat Zhongwen melamar Asmara yang sudah tervonis terkena penyakit APS yang menyatakan “Makanya iman yang utama, romantis akan mengikuti” tidak ada dalam versi novel. Dalam versi novel pembaca akan disuguhi nilai nilai tarbiyah Islamiyah yang kaya dan tajam, nilai sejarah Islamnya pun lebih terasa di versi novelnya.

Dalam versi filmnya nilai tarbiyah Islamnya kurang begitu tajam, maka wajar jika beberapa penonton mungkin kecewa karena tidak merasakan kuatnya pesan nilai nilai Islamnya. Tetapi jika kita cermati lebih tajam maka film maupun novelnya mencoba untuk mengingatkan kita tentang nilai nilai Islam antara lain :

  1. Allah itu senantiasa memberikan solusi yang terbaik kepada manusia, meskipun kadangkala solusi dari Allah dianggap oleh manusia sebuah musibah atau pun sebuah kesengsaraan bahkan mungkin adzab, padahal itu merupakan solusi terbaik dari Allah kepada manusia. Dalam cerita ini digambarkan bahwa munculnya cinta segitiga antara Asmara, Zhongwen, dan Dewa menimbulkan konflik batin bagi Asmara dan Dewa, serta menyiksa Anita. Akhirnya dengan diberikan rasa sakit APS oleh Allah kepada Asmara menjadi solusi yang terbaik buat semuanya. Penyakit APS yang diderita oleh Asmara menjadikan Dewa mampu melepas rasa cintanya kepada Asmara sehingga mampu berdamai dengan keadaan untuk menerima Anita sehingga Anita bisa menjadi istri Dewa sepenuhnya. Asmara pun akhirnya menemukan cinta sejatinya pada diri Zhongwen, dan Zhongwen pun akhirnya menemukan kebahagian bersama Asmara. Subhanaallah…sungguh rapi skenaria Allah dalam memberikan solusi terbaik buat semuanya (win-win solution) 
  2. Cerita Assalamu’alaikum Beijing ini pun memberikan pesan kepada semua pasangan bahwa pesona biologis itu akan cepat hilang, hanya pesona non biologis saja yang tak akan pernah hilang. Rasa cinta kepada pasangan akan cepat hilang ketika rasa cinta itu hanya didasarkan pada pesona biologis. Pesona non biologis itulah yang bisa merawat rasa cinta sesama pasangan suami istri. Betapa Dewa yang sejak awal menyatakan bahwa cinta sejatinya adalah Asmara, tetapi begitu pesona biologis Asmara pudar karena terkena penyakit APS maka hilang pula lah cinta Dewa kepada Asmara
  3. Fiksi Assalamu’alaikum Beijing ini pun memberikan pesan kepada kita semua bahwa cinta sejati itu akan muncul dalam diri pasangan suami istri jika dilandasi dengan rasa iman kepada Allah. Sebagaimana pesan Rasul, bahwa seseorang itu dinikahi karena empat hal yaitu kecantikannya, kekayaannya, keturunannya, dan agamanya, maka pilihlah agamanya supaya kita beruntung. Zhongwen mampu tetap mencintai Asmara meskipun kondisinya tidak normal kembali karena Zhongwen mencitai Asmara karena iman yaitu karena agamanya Asmara. Zhongwen merasa mendapatkan hidayah Islam itu dari Asmara, dan dari sosok Asmara tersebut Zhongwen merasa akan bisa bersama sama menuju surga-Nya. 
Film ini cukup layak sebagai salah satu alternative tontonan keluarga,cocok untuk suami istri saling merenung akan cinta sejatinya atas apa ? Cocok pula buat para pemuda dan pemudi yang sedang galau cari pasangan hidup untuk bisa memiliki mindset yang benar dalam memilih pasangan hidup. Lebih nendang pesan Islamnya jika kita membaca novelnya.Karena itu disarankan setelah nonton baru membaca novelnya, atau bagi yang sudah membaca novelnya untuk menonton filmnya supaya bisa merasakan haru birunya romantisme Asmara dan Zhongwen.