Monday, June 9, 2008

MENJADI AYAH IDOLA


Saya sangat terkejut, gembira, terharu, dan cemas saat mendengar jawaban anak pertama saya ketika saya tanya "Iziz mau jadi apa jika besar nanti ?". "Ingin jadi seperti ayah, pakai kacamata, dan baca buku" jawabnya penuh semangat. Rupanya dia ingat terus tentang cerita bahwa penyebab saya memakai kacamata adalah karena suka membaca buku sambil tidur. Karena itu sekarang dia suka baca buku, bahkan sebelum tidur dia harus baca buku walaupun dibacakan oleh bundanya.
Saya gembira dan terharu mendengar jawaban anak saya itu, alhamdulillah berarti saya bisa menjadi ayah yang baik dan menjadi idola dihadapan anak sendiri. Tetapi muncul juga perasaan cemas di hati saya, karena menjadi ayah idola dihadapan anak-anak adalah beban berat bagi saya. Saya takut anak-anak tidak menyadari bahwa ayahnya adalah manusia biasa yang tidak bisa selalu sempurna dihadapan mereka. Selain itu dengan menjadi ayah idola bagi anak-anak menjadikan beban bagi saya untuk senantiasa memberikan contoh terbaik, dan berupaya untuk selalu tampil "sempurna".
Diantara rasa bangga dan rasa cemas sebagai ayah idola anak-anak, maka rasa cemas lebih mendominasi dalam diri saya. Karena harapan yang besar atas kesempurnaan sebagai ayah bisa memunculkan kekecewaan mendalam bagi anak-anak. Jalan satu-satunya adalah memberikan kesadaran dan pemahaman bahwa sosok ayah adalah sebagai manusia biasa yang tak luput dari kelemahan dan kesalahan. Oleh karena itu saya senantiasa mengucapkan kata maaf kepada anak saya jika saya berbuat salah atau tidak mampu memenuhi keinginan dan harapan mereka walau sekecil dan sesederhana apapun kesalahan dan kelemahan itu. Saya berupaya menjelaskan kenapa saya salah atau kenapa saya tidak bisa memenuhi harapan mereka, dengan harapan ada kesadaran bahwa ayahnya juga bisa salah, dan sebagai manusia harus mengakui kesalahan dan kelemahan itu serta berupaya untuk memperbaikinya.
Di balik rasa cemas itu, saya mencoba untuk mengambil sisi positif menjadi ayah idola bagi anak-anak. Sisi positf menjadi ayah idola adalah sebagai pemicu bagi seorang ayah untuk senantiasa menjadi inspirasi bagi anak-anaknya untuk berbuat kebaikan dan mencetak prestasi. Sehingga anak-anak adalah sumber inspirasi bagi diri seorang ayah untuk senantiasa berupaya berbuat kebaikan dan prestasi. Oleh karena itu menjadi ayah idola berarti menjadikan sosok ayah sebagai sumber inspirasi bagi anak-anak dalam berbuat dan bertindak dalam kebaikan, sekaligus menjadikan anak-anak sebagai sumber inspirasi bagi seorang ayah untuk senantiasa berbuat baik dan berprestasi dalam segala hal. Sehingga men-tarbiyah diri kita sebagai ayah secara sempurna sesungguhnya merupakan proses untuk mentarbiyah anak-anak kita. Itu semua akan terjadi jika kita mampu menjadi sosok ayah idola yaitu sosok ayah yang senantiasa menginspirasi anak-anaknya untuk berbuat baik, komitmen pada kebaikan, dan senantiasa untuk berprestasi dalam segala amal perbuatan

No comments: