Friday, November 28, 2008

ISTRI ≠ PEMBANTU RUMAH TANGGA..???!!!

Judul tersebut merupakan tema kajian yang akan diselenggarakan oleh tim warnaislam.com bersama Ust. Syarwat, Lc. Judul tersebut bagi saya cukup menarik perhatian saya, dan secara substantive atas judul tersebut saya sepakat, cuman disisi lain saya merasa ada sesuatu hal yang harus diantisipasi oleh suami istri atau calon suami atau calon istri, lebih-lebih dari kaum istri (hawa) setelah mengikuti kajian tersebut karena bisa menimbulkan ekses negative yaitu menimbulkan masalah baru.dalam hubungan suami istri dan menimbulkan presepsi yang berlebihan dari para kaum hawa atas peran istri.
Saya mencoba menduga-duga maksud dan tujuan kenapa tema tersebut diambil, menurut saya tema tersebut diangkat oleh panita bisa jadi berangkat dari fenomena dan realita yang ada bahwa istri seakan-akan menjadi pembantu rumah tangga karena mengurus semua keperluan rumah tangga mulai mencuci, memasak, menyetrika, merawat anak, melayani bayi, melayani suami dlll, persis seperti profesi pembantu rumah tangga yang mengurus seluruh kebutuhan rumah tangga sendirian, dan baru tidur setelah semua selesai, bahkan mungkin lebih rendah dari seorang pembantu karena juga harus melayani suami dari sisi “bathin”. Realitas itu memang mungkin benar adanya, sehingga dengan kajian tersebut panitia ingin membangkitkan kesadaran para suami dan kesadaran para istri, yaitu istri bukanlah pembantu rumah tangga yang harus mengurus semua keperluarn rumah tangga. Dari sisi tersebut saya sepakat, karena memang saya memahami sendri realitas di masyarkat bahkan di kalangan aktivis da’wah pun ada presepsi bahwa pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab istri, makanya dulu sewaktu saya masih bujangan dan sering bercanda dengan temen-temen saya jika menggoda ada seorang ikhwan bujangan yang udah punya rumah, dan punya perabotan rumah tangga lengkap tapi belum beristri maka kita pasti menggoda dengan mengatakan “wah tinggal cari operatornya nih”, meskipun itu gurauan tetapi kata-kata cari operatornya akan dinisbahkan dengan cari istri, karena istri identik dengan pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan rumah tangga identik dengan peran istri. Sebenarnya pun dalam Islam tugas utama istri bukan sekedar menjadi pengurus rumah tetapi punya peran pendidikan dan sosial serta da’wah, sehingga jika kita lihat dalam dalam surah An-Nur tentang tata cara pergaulan dalam rumah disebutkan dengan istilah hamba sahaya, yang sesungguhnya hamba sahaya itu adalah pembantu rumah tangga dalam istilah sekarang. Jadi saat itu pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh para hamba sahaya. Dari sisi tersebutlah saya sepakat atas tema kajian tersebut.
Cuman saya melihat jika para istri memahami persoalan tersebut secara letterleg sudut pandang fiqih maka akan menjadi boomerang tersendiri bagi para istri. Apa itu, yaitu lunturnya rasa cinta suami kepada istri. Kekwatiran saya selepas kajian tersebut adalah para istri akan berontak dan tidak mau lagi mengerjakan pekerjaan rumah tangga serta menyerahkan semuanya kepada pembantu, maka jika hal tersebut terjadi maka yang akan muncul adalah prahara rumah tangga baru.
Yang harus dipahami adalah adanya naluri seorang suami yang ingin dilayani oleh istrinya. Coba tengok banyak kasus perceraian dan perselingkuhan yang terjadi akibat para suami merasa istrinya sudah tidak bisa melayaninya dengan baik. Saya sering melihat temen-temen kantor saya sangat merasa bangga jika mereka makan bekal buatan istri mereka saat makan siang, yang mereka bawa dari rumah. Meski lauknya sederhana cuman karena yang memasakan adalah orang-orang yang mereka cintai maka semangatnya beda. Saya sendiri pun merasa bangga jika mengundang orang untuk makan di rumah saya dan masakannya dimasak langsung oleh istri saya, rasanya tuh benar-benar mantap karena merasa ada yang bisa saya banggakan kepada tamu saya. Saya pun merasa nyaman dengan baju hasil strikaan istri saya jika saya bandingkan dengan memakai baju hasil setrikaan laundry, apalagi saat dipuji temen kantor karena setrikaan istri dinilai rapi. Lalu gimana kalau para istri itu tidak mau mengerjakan sesuatu yang sifatnya melayani para suaminya…? Saya rasa selama kegiatan atau aktivitas melayani istri tersebut dilandasi dengan rasa ukhuwah dan cinta maka sebenarnya tidak ada yang merasa dirugikan. Meskipun istri saya melakukan semua kegiatan rumah tangga yang ada saya tidak pernah menganggap istri saya adalah pembantu, karena itu jika istri saya merasa capek atau lelah ya saya tidak memaksa untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan bahkan saya menawarkan diri untuk menggantikannya, begitu pula kadangkala istri saya memaksakan diri untuk melayani saya meskipun sekedar bikin teh panas meskipun saat itu saya tidak memintanya bahkan saya menolaknya, tapi untuk menghargai jerih payah dan niat baiknya serta memberikan kesempatan istri saya untuk berbuat baik akhirnya saya terima saja teh buatan istri saya itu. Bahkan seringkali istri saya memaksakan diri untuk memasak makanan walaupun dia sangat capek sekali, karena itu dia ingin lakukan untuk mewujudkan rasa cintanya, maka sebagai suami pun kita harus memberikan apresiasi. Karena sesungguhnya bagi sebagian para istri pelayanan kepada suami adalah bentuk perhatian istri dan wujud cinta-nya pada suami. Jadi sebenarnya selama pekerjaan istri dalam melakukan pekerjaan – pekerjaan rumah tangga dalam niatan untuk wujudakan rasa cinta dan ukhuwah maka presepsi istri adalah pembantu tidak akan pernah muncul dalam benak seorang suami.
Oleh karena itu agar kesan bahwa suami seolah-olah menganggap istri adalah pembantu rumah tangga bisa dihilangkan jika :
landasi semuanya dengan rasa cinta dan ukhuwah
suami harus menyediakan sarana dan prasarana yang bisa meringankan pekerjaan rumah tangga jika memang suami tidak mampu mencarikan seorang pembantu rumah tangga
suami harus siap membantu istri dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sebagai wujud rasa ta’awun dan cinta kepada istri
pilah-pilah dan sepakati bersama, pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan oleh oleh orang lain dan pekerjaan rumah tangga apa yang harus di tangani langsung oleh istri sebagai sarana istri untuk mengaktualisasikan rasa cinta dan sayang kepada suami
Jadi bagi saya judul kajian itu harus diberi catatan khusus bahwa itu sebagai bahan tadzkirah untuk para suami yang selama ini terlalu membebankan berlebihan pekerjaan rumah tangga kepada istri dan perlu diberikan pemahaman kepada para istri bahwa melayani suami dan melaksanakan pekerjaan rumah tangga bisa dijadikan sebagai saran aktualisasi rasa cinta kepada suami

1 comment:

wasis said...

Setelah searching di google ketemu apa yang saya cari artikel tentang yang anda tulis, saya rasa anda benar kata "cinta" yang menjadikan pekerjaan berat seorang istri dlm rumah tangga menjadi ringan, dan bukan sebagai beban. Sekali lagi terima kasih. salam
http://caktal.blogspot.com